Kelarutan Timbal Balik Sistem Biner Fenol Air
Lab. Kimia Fisika Jurusan Kimia Universitas Negeri
Semarang
Gedung D8 lt 2 Sekaran Gunungpati Semarang, Indonesia
50225
Abstrak
Percobaan ini
dilakukan dengan tujuan untuk
mengetahui temperatur kritis kelarutan sistem biner fenol-air. Metode yang
digunakan adalah metode pengukuran temperatur untuk mengetahui
temperatur kritis kelarutan sistem biner fenol-air dengan membuat kurva antara fraksi mol fenol-air dan
temperatur minimal yang dibutuhkan agar campuran tersebut dapat terbentuk sau
fasa. Komposisi fenol-air dijadikan
variabel bebas sedangkan temperatur sebagai variabel terikat yang diperoleh melalui pengukuran. Kurva diperoleh dengan menempatkan
komposisi fenol-air dan temperatur sehingga nantinya akan diperoleh kurva yang
parabola. Temperatur tertinggi yang diperoleh saat komposisi
tertentu merupakan temperatur kritis. Sistem yang terletak dibawah kurva berada
dalam keadaan dua fasa, sedangkan sistem yang berada diluar kurva atau diatas
temperatur kritis berada dalam keadaan satu fasa. Hasil praktikum menunjukkan temperatur
kritis kelarutan sistem biner fenol-air berada pada 71,5 , yaitu saat fraksi mol air sebesar 0,851629 dan fraksi mol fenol sebesar 0,148371. Hasil yang diperoleh tidak sesuai dengan
teori karena terjadi kesalahan prosedur dalam pelaksanaan praktikum sehingga
data yang diperoleh kurang akurat.
Kata kunci: kelarutan; fenol-air;
temperatur kritis;
Abstract
This experiment was conducted in
order to determine the critical temperature the solubility of phenol - water
binary system . The method used is the temperature measurement method to
determine the solubility of the critical temperature of binary system phenol -
water to make the curve between the mole fraction of phenol - water and the
minimum temperature needed to keep the mixture can be formed sau phase . Phenol
- water compositions used as independent variables as the dependent variable
while temperatures obtained through measurement . The curve is obtained by
placing the phenol - water composition and temperature so that will obtain the
parabolic curve. The highest temperature is obtained as a particular
composition is a critical temperature . System that lies under the curve is in
a state of two phases , while the system that are beyond or above the critical
temperature curve is in a state of one phase . Lab results indicate a critical
temperature solubility of phenol - water binary system is at 71.5 ℃ , when the mole fraction of
water at 0.851629 and 0.148371 mole fraction of phenol . Results are not in
accordance with the theory because an error occurred in the execution of lab
procedures so that the data obtained are less accurate .
Keywords : critical temperature ; phenol - water ; solubility ;
Keywords : critical temperature ; phenol - water ; solubility ;
Pendahuluan
Latar
belakang yang mendasari percobaan kelarutan timbal balik sistem biner fenol-air
yaitu bahwa kelarutan suatu zat kimia dalam air itu berbeda-beda tergantung
dari temperaturnya. Dimana tiap komposisi zat mempunyai batas temperatur
minimal agar zat tersebut dapat saling melarutkan dan membentuk satu fasa.
Misalnya fenol dan air merupakan senyawa polar yang dapat
saling melarutkan. Campuran keduanya akan larut dan membentuk satu fasa dalam temperatur
tertentu tergantung dari komposisi zatnya.
Kelarutan
dapat diartikan sebagai jumlah maksimum zat terlarut yang dapat larut dalam
suatu pelarut tertentu dalam keadaan kesetimbangan. Pada sistem biner fenol-air
terdapat dua fasa yaitu fasa saat homogen dan fasa saat terpisah. Dikatakan
fasa homogen jika dalam campurannya tercampur dengan sempurna. Biasanya yang
bersifat homogen yaitu berupa gas, karena sifat umum dari gas yaitu saling
melarutkan dan membentuk saru fasa. Sedangkan dikatakan fasa terpisah jika
dalam campuran tersebut kedua zatnya tidak saling bercampur. Contoh dari fasa
terpisah yaitu ketika mencampurkan padatan atau cairan, kemudian campuran
tersebut tidak saling melarutkan dan dapat membentuk fasa yang terpisah (Dogra
& Dogra, 2008). Apabila kita mencampurkan suatu zat cair dengan zat cair lain,
ada tiga kemungkinan yang bisa terjadi pada campuran tersebut. Pertama campuran
tersebut dapat membentuk satu fasa, artinya tercampur secara homogen. Kedua
campuran tersebut tidak saling melarutkan sehingga terbentuk dua fasa.
Kemungkinan ketiga yaitu campuran dapat tercampur secara homogen dan membentuk
satu fasa, akan tetapi bila dilakukan penambahan pada zat terlarut maka akan
terbentuk dua fasa. Hal tersebut dapat terjadi karena zat terlarut hanya larut
sebagian (Castellan, 1983).
Fenol dan
air mempunyai sifat kelarutan timbal balik pada temperatur tertentu dan pada
tekanan tetap. Sistem semacam itu disebut sistem biner fenol-air (Wahyuni,
2013). Sistem ini disebut sistem biner karena dalam campuran tersebut terdiri
dari dua zat yang berbeda. Kelarutan timbal balik fenol-air akan berubah ketika
salah satu komponen penyusunnya ditambah. Pada tekanan tetap, hubungan antara
komposisi campuran fenol-air terhadap temperatur dapat digambarkan seperti
berikut ini:
Temperatur kritis (Tc) merupakan temperatur pada saat
campuran dapat bercampur secara homogen dan mambentuk satu fasa. Kelarutan yang
dimaksud yaitu ketika zat terlarut dapat larut secara sempurna dalam sejumlah
pelarut tertentu. Kelarutan fenol dalam air akan bertambah dengan penambahan
air sampai campuran tersebut mencapai temperatur kritis, kemudian campuran akan homogen pada
temperatur diatas 65,85°C. Sehingga jika
temperaturnya kurang dari temperatur minimal suatu zat untuk larut, maka
campuran tersebut akan terbentuk dua fasa. Pada temperatur ini akan terjadi
gerakan termal yang lebih besar sehingga kemampuan bercampur antara
komponen-komponen penyusunnya menjadi lebih besar (Atkins, 1999).
Permasalahan dalam percobaan ini yaitu berapakah
temperatur kritis pada sistem biner fenol-air. Dari permasalahan yang ada dapat diambil kesimpulan
bahwa tujuan
dari praktikum ini adalah untuk mengetahui temperatur kritis kelarutan sistem
biner fenol-air.
Metode
Metode yang digunakan dalam percobaan kelarutan timbal balik
sistem biner fenol air yaitu metode pengukuran temperatur untuk mengetahui
temperatur kritis kelarutan sistem biner fenol air. Pada metode ini nantinya
data yang di dapat akan dianalisis dengan mengalurkan plot komposisi fenol-air
dengan temperatur sehingga akan diperoleh kurva antara dua fase yaitu komposisi
dan temperatur. Variabel bebas pada praktikum kali ini yaitu komposisi atau
fraksi mol dari fenol-air, sedangkan variabel terikatnya yaitu temperatur
minimal agar kedua zat tersebut dapat larut. Namun pada praktikum ini tekanan
dibuat tetap, karena dianggap sebagai variabel kontrol.
Alat yang digunakan dalam praktikum kali ini yaitu gelas
kimia pyrex 200 mL dan 600 mL, tabung reaksi pyrex diameter 4 cm, buret AS 25
mL, corong farma 60 mm, pengaduk, termometer alkohol, statif dan klem, spatula,
botol aquades, waterbath. Sedangkan bahan yang digunakan dalam percobaan sistem
biner fenol air yaitu fenol for syn
dari Merck dan air (aquades). Langkah yang dilakukan dalam percobaan kali ini
yaitu air (aquades) yang telah disiapkan diisikan ke dalam buret, sedangkan 5,0040
gram fenol ditimbang dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Kedalam tabung
raksi yng telah berisi fenol ditambahkan air melalui buret hingga larutan menjadi
keruh untuk yang pertama kali. Volum yang diperlukan untuk membuat larutan
menjadi keruh dicatat dalam tabel data pengamatan. Campuran anatara fenol-air
yang diperoleh kemudian dipanaskan dalam penangas air sambil diaduk secara
perlahan dan konstan. Temperatur campuran yang diperoleh pada saat larutan
berubah menjadi bening pertama kali dicatat sebagai T1. Campuran kemudian
dipanaskan sampai suhunya naik 4 °C (T1 + 4 °C), setelah itu tabung
dikeluarkan dari penangas air dan dibiarkan temperaturnya turun sambil diaduk.
Temperatur campuran saat berubah menjadi keruh lagi dicatat sebagai T2. Setelah
temperaturnya normal, campuran tersebut dititrasi lagi dengan air dalam jumlah
tertentu kemudian dipanaskan kembali seperti langkah sebelumnya. Penambahan air
disini dilakukan sebanyak n kali sampai diperoleh T1 dan T2 pada titik maksimum
dan kemudian akan turun kembali.
Hasil dan
Pembahasan
Suatu campuran larutan yang hanya saling melarutkan sebagian itu
dikenal dengan larutan yang jauh dari ideal. Fenol dan air merupakan contoh
suatu campuran yang saling melarutkan sebagian. Akan tetapi jika penambahan
airnya dilanjutkan sampai jumlah tertentu sehingga perbandingan diantara
keduanya tidak seimbang lagi maka campuran ini akan terbentuk satu fasa karena
fenol akan larut secara sempurna dalam air yang ditambahkan. Selain penambahan
air, temperatur juga mempengaruhi kelarutan fenol dalam air. Ketika temperatur
dinaikkan, maka kelarutan fenol dalam air akan semakin bertambah sehingga pada
saat temperatur telah mencapai titik kritis (Tc) maka campuran fenol dan air
akan saling melarutkan, sedangkan jika temperatur campuran melebihi temperatur kritis
maka campuran tersebut dapat larut secara sempurna. Pada tabel 1 menunjukkan
temperatur minimal agar sistem fenol-air berada dalam keadaan satu fasa.
Dalam komponen campuran suatu zat itu mempunyai temperatur minimal
agar kedua zat tersebut bisa saling melarutkan sehingga terbentuk satu fasa.
Apabila komposisi salah satu atau keduanya diubah maka temperatur minimal yang
dibutuhkan agar terbentuk satu fasa juga ikut berubah. Ketika fenol ditambah air
maka temperaturnya akan naik sampai mancapai titik paling tinggi atau yang
disebut titik kritis. Namun seiring penambahan air yang dilakukan setelah
mencapai titik kritis, maka temperatur minimal yang diperoleh mengalami
penurunan. Dari Tabel 1 dapat
dilihat bahwa seiring penambahan
air, maka temperatur minimal
yang diperlukan juga mengalami
kenaikan hingga mancapai titik paling tinggi atau titik balik. Setelah mencapai temperatur tertinggi,
seiring penambahan air, temperatur minimal yang diperlukan mengalami penurunan.
Untuk memperjelas hubungan antara komposisi atau fraksi mol dengan temperatur,
dapat dilihat pada Gambar 2.
Sistem ini memiliki
temperatur kritis 71,5 dengan komposisi
fraksi mol air sebesar 0,851629 dan fraksi mol fenol sebesar 0,148371. Sistem fenol-air
pada komposisi
tertentu akan terbentuk dua fasa jika berada dibawah kurva, sedangkan diluar
daerah kurva atau diatas temperatur kritisnya sistem berada dalam satu fasa.
Jika suatu sistem campuran fenol-air berada pada suatu titik didaerah dua fasa
dipanaskan, maka pada saat temperaturnya sama dengan temperatur minimal agar
sistem fenol-air homogen sistem campuran itu berubah menjadi satu fasa. Sesuai
Hukum Tuas, apabila temperatur dinaikkan maka kelarutan air dalam fenol akan
bertambah, demikian pula kelarutan fenol dalam air.
Dari percobaan yang dilakukan diperoleh data yang kurang sesuai
denga teori. Hal ini dapat
terjadi akibat kesalahan prosedur
dalam pelaksanaan praktikum. Dalam hal ini praktikan kurang bisa memahami arti kata dari ‘terjadi kekeruhan untuk pertama kali’ sehingga saat
melakukan penambahan air untuk
pertama kali terlalu banyak. Akibatnya, praktikan tidak dapat mengamati
temperatur minimal agar sistem fenol-air homogen untuk fraksi mol air jika
kurang dari 0,676084. Padahal bisa saja campuran
keduanya akan mencapai titik kritis sebelum fraksi mol air kurang dar 0,676984.
Temperatur kritis untuk
sistem fenol-air menurut teori adalah 65,85 , sedangkan grafiknya seharusnya berbentuk parabola. Akan
tetapi hasil yang diperoleh dari percobaan kurang sesuai dengan teori. Karena
data yang dimulai langsung dari 0,676984 bukan dari angka sekecil mungkin atau
kurang dari angkan tersebut. Sehingga data yang diperoleh dari percobaan kurang
akurat.
Kesimpulan
Dari hasil percobaan kelarutan timbal balik sistem biner fenol-air
dapat disimpulkan bahwa titik kritis terjadi pada temperatur 71,5 °C, dengan fraksi mol air
sebesar 0,851629 dan fraksi mol fenol sebesar 0,148371. Hasil percobaan yang
diperoleh tidak sesuai dengan teori karena terjadi kesalahan dalam melakukan
prosedur praktikum sehinggga data yang diperoleh tidak valid. Kesalahan
tersebut diantaranya suhu yang digunakan tidak 90 °C, kurang pahamnya praktikan ketika mengukur
temperaturaat terjadi kekeruhan pertama kali.
Daftar Pustaka
Atkins, PW, 1999, Kimia Fisika, Jakarta : Erlangga.
Castellan, GW, 1983, Physical Chemistry, USA : Addison-Wesley Publishing Company,
inc.
Dogra, S &
Dogra, SK, 2008, Kimia Fisik dan Soal-soal, Jakarta : UI-Press.
Wahyuni, Sri, 2013, Diktat Petunjuk
Praktikum Kimia Fisik. Semarang : Jurusan Kimia FMIPA
UNNES.
Wahyuni, Sri, 2003, Buku Ajar Kimia Fisika
2, Semarang :
UNNES.