PENURUNAN TITIK BEKU LARUTAN
Lab.Kimia Fisika Jurusan Kimia Universitas Negeri
Semarang Kode Pos 50229
Gedung D8 Lt 2 Sekaran Gunungpati Semarang, Indonesia
rohayati4301411009@gmail.com, 087764366040
Abstrak
Percobaan
ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh penambahan zat terlarut non-volatil
terhadap penurunan titik beku dan menentukan berat molekul zat terlarut yang
tidak mudah menguap. Metode yang digunakan dalam percobaan ini yaitu metode
penurunan titik beku. Pada percobaan kali ini digunakan pelarut asam asetat
glasial dan zat terlarut seperti naftalena dan natrium asetat. Untuk mengetahui
pengaruh penambahan zat terlarut digunakan persamaan Rault. Dimana suhu konstan
dari asam asetat murni dijadikan sebagai suhu awal dan suhu konstan
masing-masing zat dijadikan sebagi suhu akhir. Hasilnya semakin banyak zat
terlarut yang ditambahkan maka titik bekunya semakin rendah. Sedangakan untuk
mengetahui berat molekul dari zat terlarut tersebut digunakan persamaan Clacius
Clypeyron. Hasil berat molekul dari naftalena yaitu 50,17 gram/mol; 83,91
gram/mol; 94,54 gram/mol; 100,94 gram/mol, dan 115,03 gram/mol. Untuk berat
molekul natrium asetat yaitu 24,86 gram/mol; 49,75 gram/mol; 67,96 gram/mol;
87,12 gram/mol; dan 109,211 gram/mol.
Kata
kunci : Asam asetat, Natrium asetat, Penurunan Titik Beku.
Abstract
This experiment was conducted to determine the effect of non - volatile solutes to decrease the freezing point and determine the molecular weight of the solute is non-volatile. The method used in this experiment is the method of freezing point depression. this experiment used glacial acetic acid solvent and solute such as naphthalene and sodium acetate . To determine the effect of the solute used equation Rault. Where the constant temperature of pure acetic acid used as the initial temperature and constant temperature of each substance used as a final temperature. The result more and more solute is added then the lower the freezing point. While the to know the molecular weight of the solute used Clacius Clypeyron equation. Results molecular weight of naphthalene is 50.17 g / mol ; 83.91 g / mol ; 94.54 g / mol ; 100.94 g / mol , and 115.03 g / mol . For the molecular weight of sodium acetate is 24.86 g / mol ; 49.75 g / mol ; 67.96 g / mol ; 87.12 g / mol , and 109.211 g / mol .
Keywords : acetic acid , drop Freezing Point, sodium acetate.
Pendahuluan
Suatu larutan mempunyai dua jenis sifat-sifat larutan yang
sama, yaitu sifat-sifat larutan yang tergantung pada jenis. Sedangkan sifat yang
kedua adalah sifat yang tidak bergatung pada jenis zat terlarut namun hanya
tergantung pada konsentrasi zat terlarut saja. Sehingga senmakin besar konsentrasi
yang ditambahkan dalam larutan, maka penurunan titik bekunya semakin besar. Hal
ini menandakan bahwa larutan yang memiliki konsentrasi sama akan memberikan
sifat yang sama. Sifat larutan yang termasuk golongan ini disebut sifat-sifat koligatif
larutan (Purba,1987). Sifat koligatif terdiri dari empat jenis, yaitu penurunan
tekanan uap, kenaikan titik didih, penurunan titik beku, dan tekanan osmotik. Sifat-sifat
larutan tersebut memiliki peranan penting dalam menentukan berat molekul (BM)
dan pengembangan teori. Namun, dari keempat jenis sifat koligatif larutan
tersebut yang digunakan dalam percobaan kali ini hanya penurunan titik beku
saja.
Titik beku larutan yaitu temperatur pada saat larutan
setimbang dengan pelarut padatannya. Larutan akan membeku pada temperatur lebih
rendah daripada pelarutnya. Alat yang biasa dipakai untuk menetapkan harga ∆Tf
ialah alat dari Beckam (Sukardjo,
2002).
Titik beku adalah suhu pada perpotongan garis tekanan tetap
pada 1 atm dengan kurva peleburan. Sedangakn titik didih adalah suhu pada
perpotongan garis tekanan tetap pada 1 atm dengan kurva penguapan. Penurunan titik
beku dan peningkatan titik didih, sama seperti penurunan tekanan uap sebanding
dengan konsentrasi fraksi molnya (Petruci, 1987).
Penurunan titik beku larutan dengan peningkatan titik didih
dapat dilihat pada diagram fase dalam pelarut biasa yang ditunjukkan dengan
kurva Gambar 1.
Gambar 1. Penurunan titik beku dan peningkatan titik didih
larutan dalam larutan dalam pelarut biasa
Jika zat terlarut bersifat tidak mudah menguap, maka tekanan
uap dari larutan selalu lebih kecil daripada pelarut murninya. Jadi hubungan
tekanan uap larutan dan tekanan uap pelarut bergantung pada konsentrasi zat
terlarut dalam larutan. Hubungan itu dimasukkan dalam Hukum Rault, yang menyatakan bahwa tekanan uap suatu komponen yang
menguap dalam larutan sama dengan tekanan uap yang menguap murni yang dikalikan
dengan fraksi mol komponen yang menguap dalam larutan pada suhu yang sama
(Chang, 2004). Larutan yang mengikuti Hukum
Rault disebut larutan ideal. Syarat larutan ideal adalah molekul zat
terlarut dan molekul pelarut tersusun sembarang, pada percampuran tidak terjadi
efek kalor dan jumlah volume sebelum percampuran sama dengan volum campurannya.
Larutan yang tidak memenuhi Hukum Roult disebut larutan tidak ideal (Wiryoatmojo,
1998).
Dimana
Tf adalah titik beku larutan (oC)
Kf adalah tetapan penurunan titik beku molal (oC/mol)
m adalah molalitas larutan (mol.L-1)
Masalah yang akan dipecahkan dalam percobaan kali ini yaitu
bagaimana menentukan berat molekul zat tidak mudah menguap dan mengetahui
bagaimana pengaruh penambahan zat terlarut ke dalam pelarut murni. Dari dua
masalah tersebut, praktikum ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui
pengaruh penambahan zat terlarut ke dalam pelarut murni dan menentukan berat
molekul zat terlarut yang tidak mudah menguap.
Metode
Metode yang digunakan pada percobaan kali ini yaitu metode
penurunan titik beku. Asam asetat glacial dimasukkan dalam beker glass,
kemudian dimasukkan ke dalam thermostat yang berisi es batu dan garam. Setelah
itu suhu asam asetat diukur setiap menit sampai suhu tersebut konstan atau asam
asetatnya membeku. Larutan asam asetat yang sudah membeku dikeluarkan dari
thermostat sehinggga suhunya naik sebesar 5⁰C dari suhu
konstannya. Setelah suhunya naik, asam asetat tersebut diberi dua perlakuan
yaitu dengan ditambah naftalena dan natrium asetat.
Ke dalam beker glass yang pertama dimasukkan naftalena 1
gram, diaduk sampai tercampur rata, kemudian dimasukkan dalam thermostat. Suhunya diukur setiap menit sampai diperoleh
suhu konstan. Setelah itu campuran tersebut dikeluarkan dari thermostat,
kemudian ditambahkan 1 gram naftalena, diaduk, dimasukkan dalam thermostat.
Suhunya diukur sampai konstan. Perlakuan tersebut dilakukan berulang sampai 5
kali.
Untuk variasi yang keduan yaitu dengan menggunakan zat
terlarut natrium asetat. Ke dalam beker glass yang kedua, dimasukkan 1 gram
natrium asetat, diaduk sampai larut semua, kemudian dimasukkan dalam
thermostat. Suhunya diukur ssetiap menit sampai diperoleh suhu konstan. Setelah
itu campuran tersebut dikeluarkan dari thermostat, kemudian ditambahkan 1 gram
natrium asetat, diaduk sampai larut, dimasukkan dalam thermostat. Suhunya
diatur sampai konstan. Perlakuan tersebut dilakukan berulang sampai 5 kali.
Bahan yang digunakan dalam percobaan ini yaitu 15 mL asam
asetat glasial for syn produksi dari
Merck, 5.0687 gram natrium asetat for syn
produksi Merck, 5.1055 gram m naftalena for
syn produksi Merck. Sedangkan alat-alat yang digunakan yaitu 2 buah gelas kimia
50 mL pirex made in England, 2 buah
thermometer 100⁰C, 2 buah pengaduk
kaca, 2 buah stopwatch, 1 buah pipet tetes, 2 buah statif, 1 buah gelas ukur 25
mL pirex made in England.
Untuk mengetahui penurunan titik beku dalam percobaan ini,
temperatur yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan rumus persamaan Roult.
Untuk mengetahui konstanta penurunan titik beku dimasukkan dalam persamaan
Roult yang berhubungan dengan konstanta penurunan titik beku dan molalitas. Sedangkan
untuk menghitung berat molekul zat terlarut digunakan persamaan Clausius
Clypeyron.
Hasil Dan Pembahasan
Dari hasil percobaan penurunan titik beku larutan yang telah
dilakukan dengan berbagai variasi berat zat terlarut diperoleh data sebagai
berikut:
Tabel 1. Penurunan
Titik Beku Asam Asetat Murni pada Temperatur Ruang 29°C untuk zat terlarut
Naftalena
Waktu
(menit)
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
Suhu
(°C)
|
19
|
17
|
15
|
14
|
14
|
14
|
Tabel 2. Penurunan Titik Beku Zat Terlarut Naftalena pada
Larutan B
Waktu
(menit)
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
Suhu
(°C)
|
19
|
17
|
15
|
10
|
9
|
9
|
9
|
9
|
Titik Beku larutan B = 9°C
Penurunan titik beku larutan B ∆Tf = Tf°
- Tf = 14 – 9 = 5°C
Tabel
3. Penurunan Titik Beku Zat Terlarut Naftalena pada Larutan C
Waktu
(menit)
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
9
|
Suhu
(°C)
|
15
|
10
|
9
|
9
|
9
|
8
|
8
|
8
|
8
|
Titik beku larutan C = 8°C
Penurunan titik beku larutan C ∆Tf = Tf°
- Tf = 14 – 8 = 6°C
Table 4. Penurunan Titik Beku Zat Terlarut Naftalena pada
Larutan D
Waktu
(menit)
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
9
|
10
|
11
|
12
|
Suhu
(°C)
|
11
|
10
|
9
|
8
|
8
|
7,2
|
7
|
6,4
|
6
|
6
|
6
|
6
|
Titik beku larutan D = 6°C
Penurunan titik beku larutan D ∆Tf = Tf°
- Tf = 14 – 6 = 8°C
Table 5. Penurunan Titik Beku Zat Terlarut Naftalena pada
Larutan E
Waktu
(menit)
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
9
|
10
|
11
|
12
|
13
|
14
|
15
|
16
|
17
|
Suhu
(°C)
|
15
|
13
|
12
|
11
|
10,2
|
10
|
8
|
6,2
|
6
|
5,2
|
5,2
|
5
|
4,2
|
4
|
4
|
4
|
4
|
Titik beku larutan E = 4°C
Penurunan titik beku larutan E ∆Tf = Tf°
- Tf = 14 – 4 = 10°C
Tabel 6. Penurunan Titik Beku Zat Terlarut Naftalena pada
Larutan F
Waktu
(menit)
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
9
|
10
|
11
|
12
|
13
|
14
|
15
|
16
|
17
|
Suhu
(°C)
|
8
|
7
|
6
|
5,5
|
5
|
4,2
|
4,2
|
4
|
3,5
|
3,5
|
3,2
|
3,2
|
3,2
|
3
|
3
|
3
|
3
|
Titik beku larutan F = 3°C
Penurunan titik beku larutan D ∆Tf = Tf°
- Tf = 14 – 3 = 11°C
Berdasarkan tabel 1 dapat disimpulkan bahwa titik beku dari
asam asetat murni sebesar 14°C. Hal tersebut tidak sesuai dengan teori yang
menyatakan bahwa titik beku asam asetat sebesar 16,7°C (Wikipedia, 2013).
Artinya pada percobaan yang dilakukan terjadi kesalahan, mengkin kesalahan
tersebut disebabkan karena terlalu banyak es batu dan garam yang dimasukkan
dalam termostat, sehingga suhunya akan cepat turun dan membeku. Selanjutnya
pada saat penambahan naftalena 1,0122 gram diperoleh suhu konstan sebesar 9°C dapat dilihat pada tabel 2. Penambahan
naftalena yang kedua yaitu sebesar 1,0191 gram diperoleh suhu konstan sebesar 8°C
terlihat pada tabel 3. Penambahan naftalena yang ketiga yaitu sebesar 1,0203
gram diperoleh suhu konstan sebesar 6°C dapat dilihat pada tabel 4. Penambahan
naftalena yang keempat yaitu sebesar 1,0211 gram diperoleh suhu konstan sebesar
4°C terlihat pada tabel 5. Selanjutnya penambahan naftalena yang terakhir yaitu
sebesar 1,0328 gram diperoleh suhu konstan sebesar 3°C terlihat pada tabel 6.
Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa semakin banyak konsentrasi
yang ditambahkan maka penurunan titik bekunya semakin rendah. Hal tersebut
sesuai dengan teori yang menyebutkan bahwa penurunan titik beku akan semakin
rendah jika semakian banyak zat yang ditambahkan (Purba, 1987).
Massa Naftalena
|
Delta Tf
|
1,0122
|
5
|
2,0313
|
6
|
3,0516
|
8
|
4,0727
|
10
|
5,1055
|
11
|
Gambar 2. Grafik penurunan titik beku
naftalena
Tabel 7.
Penurunan Titik Beku Asam Asetat Murni pada Temperatur Ruang 29°C untuk zat
terlarut Natrium Asetat
Waktu
(menit)
|
1
|
2
|
3
|
4
|
Suhu
(°C)
|
22
|
17,5
|
13
|
13
|
Tabel 8. Penurunan Titik Beku Zat Terlarut Natrium Asetat
pada Larutan B
Waktu
(menit)
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
Suhu
(°C)
|
15
|
8
|
5
|
3,5
|
3
|
3
|
3
|
Titik Beku larutan B = 3°C
Penurunan titik beku larutan B ∆Tf = Tf°
- Tf = 13 – 3 = 10°C
Tabel
9. Penurunan Titik Beku Zat Terlarut Natrium Asetat pada Larutan C
Waktu
(menit)
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
Suhu
(°C)
|
14
|
9
|
6
|
4,5
|
3
|
3
|
3
|
Titik beku larutan C = 3°C
Penurunan titik beku larutan C ∆Tf = Tf°
- Tf = 13 – 3 = 10°C
Table 10. Penurunan Titik Beku Zat Terlarut Natrium Asetat pada
Larutan D
Waktu
(menit)
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
9
|
Suhu
(°C)
|
13
|
11
|
8
|
7,5
|
5
|
3
|
2
|
2
|
2
|
Titik beku larutan D = 2°C
Penurunan titik beku larutan D ∆Tf = Tf°
- Tf = 13 – 2 = 11°C
Table 11. Penurunan Titik Beku Zat Terlarut Natrium Asetat pada
Larutan E
Waktu
(menit)
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
9
|
10
|
Suhu
(°C)
|
10,5
|
9
|
6
|
4
|
3,5
|
3
|
2
|
1,5
|
1,5
|
1,5
|
Titik beku larutan E = 1,5°C
Penurunan titik beku larutan E ∆Tf = Tf°
- Tf = 13 – 1,5 = 11,5°C
Tabel 12. Penurunan Titik Beku Zat Terlarut Natrium Asetat
pada Larutan F
Waktu
(menit)
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
9
|
10
|
11
|
12
|
13
|
14
|
15
|
Suhu
(°C)
|
10
|
9
|
8,5
|
8,2
|
8
|
7
|
6
|
4,5
|
3
|
2,5
|
2
|
1,75
|
1,5
|
1,5
|
1,5
|
Titik beku larutan F = 1,5°C
Penurunan titik beku larutan F ∆Tf = Tf°
- Tf = 13 – 1,5 = 11,5°C
Berdasarkan tabel 7 dapat disimpulkan bahwa titik beku dari
asam asetat murni sebesar 13°C. Hal tersebut tidak sesuai dengan teori yang
menyatakan bahwa titik beku asam asetat sebesar 16,7°C (Wikipedia, 2013).
Artinya pada percobaan yang dilakukan terjadi kesalahan, mengkin kesalahan
tersebut disebabkan karena terlalu banyak es batu dan garam yang dimasukkan
dalam termostat, sehingga suhunya akan cepat turun dan membeku. Selanjutnya
pada saat penambahan natrium asetat 1,0031 gram diperoleh suhu konstan
sebesar 3°C dapat dilihat pada tabel 8.
Penambahan natrium asetat yang kedua yaitu sebesar 1,0040 gram diperoleh suhu
konstan sebesar 3°C terlihat pada tabel 9. Penambahan natrium asetat yang ketiga yaitu sebesar 1,0091 gram
diperoleh suhu konstan sebesar 2°C dapat dilihat pada tabel 10. Penambahan natrium
asetat yang keempat yaitu sebesar 1,0261 gram diperoleh suhu konstan sebesar
1,5°C terlihat pada tabel 11. Selanjutnya penambahan natrium asetat yang
terakhir yaitu sebesar 1,0264 gram diperoleh suhu konstan sebesar 1,5°C terlihat
pada tabel 12. Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa semakin banyak
konsentrasi yang ditambahkan maka penurunan titik bekunya semakin rendah. Hal
tersebut sesuai dengan teori yang menyebutkan bahwa penurunan titik beku akan
semakin rendah jika semakian banyak zat yang ditambahkan (Purba, 1987).
Massa Natrium Asetat
|
Delta Tf
|
1,0031
|
10
|
2,0071
|
10
|
3,0162
|
11
|
4,0423
|
11,5
|
5,0687
|
11,5
|
Gambar 3. Grafik penurunan titik
beku natrium asetat
Gambar 4. Berat
molekul naftalena Gambar
5. Berat molekul natrium asetat
Berat molekul yang diperoleh dari percobaan kurang sesuai
dengan berat molekul masing-masing zat secara teoritis. Berat molekul teoritis
dari naftalena yaitu 128,17 gram/mol dan berat molekul natrium asetat yaitu
82,03 gram/mol (Wikipedia, 20013). Hasil yang diperoleh dari percobaan cukup jauh
selisihnya dengan berat molekul secara teoritis. Hal tersebut terjadi mungkin
dikarenakan pada saat pengadukan zat terlarut kurang lama sehingga larutan
tidak terbentuk secara homogen. Berat molekul dapat dihitung dengan cara massa
dari zat terlarut dikalikan dengan 1000 dan dikalikan dengan tetapan penurunan
titik beku. Kemudian dibagi dengan penurunan titik beku larutan dikali massa
pelarut yang digunakan.
Kesimpulan
Percobaan penurunan titik beku zat terlarut dipengaruhi oleh
banyaknya zat terlarut yang ditambahkan. Oleh karena itu jika semakin banyak
zat terlarut yang ditambahkan maka semakin besar penurunan titik beku
larutannya. Sebaliknya semakin sedikit zat terlarut yang ditambahkan dalam
pelarut maka semakin kecil penurunan titik bekunya. Sehingga ∆Tfnya
semakin besar jika zat yang ditambahkan semakin banyak, sebaliknya ∆Tfnya
akan semaikin kecil jika zat yang ditambahkan semakin sedikit. Pada percobaan
ini juga menunjukkan bahwa titik beku larutan lebih rendah bila dibandingkan
dengan titik beku pelarut murni. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel 1 atau 7
yang menunjukkan titik beku asam asetat, dan tabel 6 untuk naftalena serta
tabel 12 untuk natrium asetat. Untuk berat molekul yang diperoleh dari
percobaan yaituu berturut- turut 50,17 gram/mol; 83,91 gram/mol; 94,54
gram/mol; 100,94 gram/mol; dan 115,03 gram/mol untuk zat terlarut naftalena.
Sedangkan berat molekul untuk zat terlarut natrium asetat yaitu 24,86 gram/mol;
49,75 gram/mol; 67,96 gram/mol; 87,12 gram/mol; dan 109,24 gram/mol.
Daftar Pustaka
Chang, Raymond. 2004. Kmia
Dasar Konsep-Konsep Inti. Jakarta: Erlangga.
Purba, Michael. 1987. Kimia
Dasar. Jakarta: Erlangga.
Petruci, Ralph. 1987. Kimia Dasar, Prinsip dan Terapan Modern. Jakarta: Erlangga.
Sukardjo. 2002. Kimia
Fisika. Yogyakarta: Rineka Cipta.
Wiryoatmojo, Suyono. 1998. Kimia Fisika 1. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.
http://en.wikipedia.org/wiki/Naftalena.
diunduh pada tanggal 28 Oktober 2013.
http://en.wikipedia.org/wiki/Natrium
asetat. diunduh pada tanggal 28 Oktober 2013.
http://aatunhalu.wordpress.com/2008/12/06/praktikum.diunduh
pada tanggal 16 Oktober 2013.
http://praktikum-fisika-terapan.html
diunduh pada tanggal 16 Oktober 2013.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar