Jumat, 27 Desember 2013

Kumpulan Puisi "Curahan Hati"



Aku tak berharap banyak kepadamu
Aku tak meminta sesuatu yang indah darimu
Tak meminta bintang kau berikan padaku
Tak meminta gunung emas kau persembahkan kepadaku
Hanya kelembutan sikapmu
Hanya kejujuran hatimu
Hanya kasih dan sayangmu
Cuma itu yang ku mau
Cuma itu yang menjadi pintaku
Cuma itu harapanku
Cuma itu penantian darimu
Berikan itu padaku
Berikan walau sedikit demi aku
Berikan kalau kau memang mencintaiku

Berikan kalau kau memang tulus menyayangiku 

Angin sampaikan kepadanya
Pada hutan belantara
Pada ufuk merah jingga
Juga pada cinta alam maya
Ada senyuman dibalik duka
Ada tawa dibalik nestapa
Terguris hati karna cinta
Sembilu menusuk sakit terasa
Aku bukannya pujangga
Tak pandai bermain dengan kata
Apapun yang ju bersuara
Luahan rasa seorang jejaka
Ingin ku kubur rasa rindu itu
Jauh ke dasar laut biru
Tapi ku tiada daya upaya
Rindu seakan gagah perkasa
Kamu yang disana
Bagaikan sebutir mutiara
Walau kecil dipandang mata
Jadi rebutan para pencinta
Akan ku kalung kau mutiara
Dihujung pelangi merah jingga
Akan ku jaga sepanjang masa
Walau nyawa sebagai gantinya

 
Apa yang ku harapkan adalah harapanmu
Kau tidak perlu menjadi istimewa
Tak perlu berupaya utuk diatas.ku
Tidak juga dibawah.ku
Cukuplah kau selalu di sampingku
Karena kau belahan jiwaku
Kau yang kuinginkan
Menyirami bunga-bunga rinduku
Tidak ada sedikit niat dalam benak.ku
Untuk merusak hidup.mu
Atau merubah dirimu seperti yang kuinginkan
Menjaga hubungan ini yang telah lama terbina
Aku sadar tidak semua keinginan dapat dimiliki
Ironisnya ada kebersamaan pasti ada perpisahan
Tapi apa salahnya bila kubertahan dan menunggumu
Semua itu karena aku nyaman dekat denganmu

Laporan Praktikum KF "Kelarutan Sebagai Fungsi Suhu"


KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU
Rohayati, Nova Safitri
Lab. Kimia Fisika Jurusan Kimia Universitas Negeri Semarang
Gedung D8 lt 2 Sekaran Gunungpati Semarang, Indonesia
50225

Abstrak
Percobaan ini dilakukan dengan tujuan untuk mempelajari kelarutan dan pengaruh suhu terhadap kelarutan asam oksalat serta untuk menentukan panas pelarutan asam oksalat. Metode yang digunakan adalah metode titrasi dengan NaOH 0,20031 M dan 0,500425 M sebagai titran dan asam oksalat dengan variasi suhu sebagai larutan yang dititrasi. Volum NaOH yang diperoleh dari titrasi digunakan untuk menghitung panas pelarutan masing-masing asam oksalat. Dari hasil percobaan dapat ditarik kesimpulan bahwa kelarutan asam oksalat berbanding lurus dengan kenaikan suhu karena pada umumnya reaksi pelarutan merupakan reaksi endoterm. Untuk menentukan panas pelarutan dapt digunakan dua cara, yaitu dengan dengan menggunakan Van’t Hoff dan persamaan regresi linear. Dari perhitungan panas pelarutan asam oksalat dengan NaOH 0,500425 M menggunakan persamaan Van’t Hoff diperoleh panas pelarutan asam oksalat sebesar +4518,1012 Kj dan +4424,416 Kj  jika menggunakan grafik regresi linear. Sedangkan panas pelarutan asam oksalat dengan NaOH 0,20031 M menggunakan persamaan Van’t Hoff diperoleh panas pelarutan sebesar +4344,0802 Kj dan jika menggunakan persamaan grafik linear diperoleh panas pelarutan sebesar +4194,579 Kj. Dari kedua data tersebut dapat disimpulkan bahwa panas pelarutan asam oksalat bernilai +, sehingga reaksi pelarutan asam oksalat merupakan reaksi endoterm.
Kata kunci : Asam oksalat; kelarutan; panas pelarutan; suhu.
Abstract

This experiment was conducted to study the effect of temperature on the solubility and solubility of oxalic acid as well as to determine the heat oxalic acid dissolution . The method used is the method of titration with NaOH 0.20031 M and 0.500425 M as titrant and oxalic acid with temperature variations as the titrated solution . The volume of NaOH were obtained from titration is used to calculate the heat dissolving oxalic acid , respectively . From the experimental results it can be concluded that the solubility of oxalic acid is proportional to the temperature rise due to the dissolution reaction is generally endothermic reaction . To determine the dissolution heat DAPT used in two ways , namely by using the Van't Hoff and the linear regression equation . Calculation of the dissolution heat of oxalic acid with NaOH 0.500425 M Van't Hoff equation obtained using hot oxalic acid leaching of  
+4518,1012 Kj  and +4424,416 Kj if using a linear regression graph . While hot oxalic acid dissolution with 0.20031 M NaOH using the Van't Hoff equation obtained by dissolving heat +4344,0802 Kj and if using the heat equation linear graph obtained by dissolving two +4194,579 Kj From these data it can be concluded that the heat is worth + oxalic acid dissolution , so the reaction of oxalic acid dissolution is an endothermic reaction .
Keywords : Oxalic acid ; solubility ; temperature; thermal dissolution.

Pendahuluan
Kelarutan merupakan banyaknya suatu zat yang dapat larut secara maksimum dalam suatu pelarut pada konsidi tertentu. Kelarutan biasanya dinyatakan dalam satuan mol/liter. Jadi bila batas kelarutan tercapai, maka zat yang dilarutkan itu dalam batas kesetimbangan, artinya bila zat terlarut dikurangi, maka akan terjadi larutan yang belum jenuh, bila zat terlarut ditambah, maka akan terjadi larutan jenuh. Dan kesetimbangan tergantung pada suhu pelarutan (Hoedijono, 1990).
Larutan mempunyai dua komponen yaitu solute dan solvent. Solute merupaka zat terlarut, sedangkan solvent merupakan substansi yang melarutkan. Contoh sebuah larutan NaCl. NaCl merupakan zat terlarutnya dan air merupakan pelarutnya. Dalam kelarutan terdapat tiga materi yaitu gas, padat, dan cair. Dari ketiga materi tersebut dimungkinkan memiliki sembilan tipe larutan yang berbeda: padat dalam padat, padat dalam cairan, padat dalam gas, cairan dalam cairan, cairan dalam padatan, cairan dalam gas, gas dalam gas, gas dalam cairan, dan gas dalam padat. Namun dari berbagai macam tipe larutan yang harus kita kenal adalah padatan dalam cairan, cairan dalam cairan, gas dalam cairan serta gas dalam gas (Yazid. Estien, 2005).
Kelarutan suatu zat akan bertambah seiring dengan meningkatnya suhu. Kelarutan dipengaruhi oleh empat faktor, yaitu sifat alami dari solute dan solvent, efek dari temperatur terhadap tekanan, efek tekanan pada temperatur, dan kelarutan dari  zat terlarut. Pada percobaan kali ini akan dipelajari tentang kelarutan suatu zat terhadap suhu. Pada umumnya suatu zat mempunyai kelarutan pada pelarut tertentu dan temperatur tertentu pula. Temperatur kelarutan dari pelarut akan mempengaruhi kelarutan zat yang dilarutkan. Untuk kebanyakan padatan yang bisa larut dalam liquid, maka kenaikan temperatur akan sangat berdampak pada kenaikan kelarutan (Sukardjo, 1997).
Pengaruh suhu terhadap kelarutan suatu zat dapar terlihat pada kehidupan sehari-hari. Misalnya gula dilarutkan dalm air panas dan air dingin. Maka gula yang dilarutkan dalam air panas akan mudah larut jika dibandingkan dengan gula yang dilarutkan dalam air dingin. Hal tersebut menandakan bahwa suatu zat akan mudah larut jika dilarutkan dalam suhu tinggi. Artinya jika semakin tinggi suhu maka kelarutannya akan semakin besar. Pernyataan tersebut sesuai dengan tujuan praktikum kali ini yaitu untuk mempelajari tentang kelarutan dan pengaruh suhu terhadap kelarutan serta untuk menentukan panas pelarutan dari asam oksalat.
Panas pelarutan suatu zat dapat dihitung dengan menggunakan persamaan Van’t hoff.
Pada umumnya proses pelarutan bernilai positif. Hal tersebut sesuai dengan persamaan Van’t Hoff yang menyatakan semakin tinggi temperatur maka semakin tinggi pula zat yang larut (panas pelarutan positif atau bersifat endotermis). Sedangkan pada zat-zat yang memiliki panas pelarut yang negatif atau bersifat eksoterm maka semakin tinggi temperatur dalam suatu reaksi menyebabkan semakin berkurangnya zat yang dapat larut (Silbey, 1996).

Metode                                                                                          
Metode yang digunakan dalam percobaan kelarutan sebagai fungsi suhu yaitu metode titrasi. Pada metode ini akan dilakukan titrasi, dengan NaOH 0,2 M dan 0,5 M sebagai titran. Sedangkan asam oksalat sebagai zat yang akan dititrasi. Dalam percobaan ini dilakukan varisai suhu pada zat yang akan dititrasi (asam oksalat) yaitu 10 °C, 20 °C, 30 °C, dan 40 °C. Untuk menentukan titik akhir titrasi maka asam oksalat diberi beberapa tetes indikator yang mempunyai trayek pH asam lemah maupun basa kuat. Oleh karena itu digunakan indikator pp.
Alat yang digunakan dalam praktikum kali ini yaitu gelas kimia pyrex 100 mL, 200 mL, dan 600 mL, labu ukur pyrex 100 mL, 200 mL, dan 250 mL, buret AS 50 mL, corong herma 60 mm, pengaduk, termometer alkohol, statif dan klem, spatula, botol aquades, erlenmeyer pyrex 250 mL, spirtus, kasa, kaki tiga, pipet tetes, pipet volum pyrex 10 mL, ball pipet. Sedangkan bahan yang digunakan dalam percobaan kelarutan sebagai fungsi suhu yaitu asam oksalat dihidrat for syn produksi Merck, natrium hidroksida for syn produksi Merck dan air (aquades), indikator pp dan es batu.
Langkah yang dilakukan dalam percobaan kali ini yaitu dengan cara suhu asam oksalat dinaikkan atau diturunkan sampai diperoleh variasi suhu yang diinginkan. Suhu asam oksalat dapat dinaikkan dengan cara dipanaskan dalam pengangas air, tujuan dilakukan hal ini agar suhu asam oksalatnya naik sehingga nantinya reaksi akan berjalan dengan cepat.   Sedangkan suhu dapat diturunkan dengan cara erlenmeyer yang berisi asam oksalat dimassukkan ke dalam thermostat yang berisi es batu. Setelah diperoleh suhu yang diinginkan asam oksalat diencerkan dengan aquades sampai sepertiga erlenmeyer kemudian diberi beberapa tetes indikator pp dan dititrasi dengan larutan NaOH 0,20031 M. Titrasi diberhentikan ketika larutan sudah berwarna merah mudah dan volum NaOH yang digunakan sebagai volum titrasi yang pertama. Dalam percobaan ini dilakukan titrasi duplo sehingga nantinya akan diperoleh volum titrasi rata-rata. Kemudian titrasi juga dilakukan dengan titran yang digunakan berbeda konsentrasinya yaitu diganti dengan larutan NaOH 0,500425 M. Namun cara kerja titrasinya sama persis dengan cara kerja yang dilakukan dengan titran larutan NaOH 0,20031 M hanya saja titran yang digunakan diganti dengan larutan NaOH 0,500425 M.
Hasil dan Pembahasan
Dari percobaan yang dilakukan dengan variasi suhu asam oksalat 10 °C, 20 °C, 30 °C, dan 40 °C diperoleh data volum NaOH yang digunakan pada saat titrasi yang besarnya dapat dilihat pada tabel 1 dan tabel 2.
Tabel 1. Tabel pengamatan titrasi asam oksalat dihidrat dengan NaOH 0,20031 M
No
T (°C)
Asam Oksalat
Volum (mL)
Asam Oksalat
Volum NaOH 0,20031 M
V1 (mL)
V2 (mL)
Vrata-rata
1.
40
10
22,8
22,3
22,55
2.
30
10
21,5
21,0
21,25
3.
20
10
20,2
20,0
20,10
4.
10
10
19,0
18,8
18,90

Tabel 2. Tabel pengamatan titrasi asam oksalat dihidrat dengan NaOH 0,500425 M
No
T (°C)
Asam Oksalat
Volum (mL)
Asam Oksalat
Volum NaOH 0,500425 M
V1 (mL)
V2 (mL)
Vrata-rata
1.
40
10
8,9
8,4
8,65
2.
30
10
8,2
8,0
8,1
3.
20
10
7,8
7,6
7,7
4.
10
10
7,4
7,0
7,2

Dari data yang terdapat pada tabel 1 dan tabel 2, dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi suhu maka volum NaOH yang digunakan untuk titrasi juga semakun besar. Hal ini disebabkan karena semakin tinggi suhu maka tumbukan antar partikel-partikel dalam zat tersebut semakin cepat sehingga akan mempercepat terjadinya reaksi (pelarutan). Selain itu semakian tinggi konsentrasi titran, maka semakin sedikit volum yang dibutuhkan untuk proses titrasi. Dari tabel 1 dan 2 bisa digunakan untuk menghitung kelarutan asam oksalat dengan variasi suhu yang telah ditentukan. Kelarutan asam oksalat dapat dihitung dengan menggunakan rumus titrasi, dimana volum NaOH dikali dengan normalitas NaOH dibagi dengan volum asam oksalat. Setelah itu dibagi dengan jumakh valensinya, sehingga nantinya diperoleh data kelarutan asam asetat yang dapat dilihat pada tabel 3 dan tabel 4 berikut ini:
Tabel 3. Kelarutan asam oksalat dalam NaOH 0,20031 M
T (°C)
s (mol/liter)
40
0.2258495
30
0.2128294
20
0.2913116
10
0.189293

Tabel 4. Kelarutan asam oksalat dalam NaOH 0,500425 M
T (°C)
s (mol/liter)
40
0.216434
30
0.202672
20
0.192664
10
0.180153

Dari data pada tabel 3 dan 4 dapat dilihat bahwa semakin tinggi suhu maka kelarutan suatu zat akan bertambah. Secara umum larutan asam oksalat mempunyai kesetimbangan yang dinamis, sehingga reaksinya akan bergeser ketika suhu dinaikkan atau suhu diturunkan. Reaksi perubahan fase dari asam oksalat sepeti berikut ini :
H2C2O4(S)                     H2C2O4(aq)        H = + x
Dari reaksi tersebut terlihat bahwa H menunjukkan harga yang positif, sehingga dapat disimpulkan bahwa reaksi diatas bersifat endotermik. Dimana jika suhu reaksi dinaikkan maka akan bergeser ke produk, yang artinya jumlah dari produk yang larut akan semakin banyak. Kemudian pada percobaan kali ini juga akan menghitung besarnya panas pelarutan asam oksalat. Untuk memperoleh panas pelarutan dari asam oksalat maka digunakan persamaan Van’t Hoff. Berdasarkan persamaan Van’t Hoff diperoleh harga rata-rata panas pelarutan asam oksalat sebesar + 4344,0802 Kj untuk NaOH 0,20031 M dan + 4518,1012 Kj untuk NaOH 0,5 M. Selain menggunakan persamaan Van’t Hoff, panas pelarutan juga dapat dicari dengan menggunakan regresi linier yang diperoleh dari metode grafik. Grafik dibuat dengan mengalurkan  vs ln s, dimana  merupakan sumbu x dan ln s sebagai sumbu y. dari grafik nantinya akan diperoleh slope, dimana slope tersebut akan digunakan untuk menghitung panas pelarutan.
Tabel 5. Data 1/T dan ln s untuk NaOH 0,2 M
1/T (K-1)
ln s
0,003195
-1,487886431
0,0033
-1,547264373
0,003414
-1,602901323
0,003543
-1,664459200
Berdasarkan tabel 5, dapat dibuat grafik sebagai berikut:
Grafik 1. Antara 1/T vs ls untun NaOH 0,20031 M
Berdasarkan grafik 1, dapat diketahui slopenya, dari slope tersebut diperoleh panas pelarutan asam oksalat sebesar +4194,579 Kj.
Tabel 6. Data 1/T dan ln s untuk NaOH 0,500425 M
1/T (K-1)
ln s
0,003195
-1,53047
0,0033
-1,59627
0,003414
-1,64681
0,003543
-1,71395

Dari data pada tabel 6, dapat dibuat grafik sebagi berikut:
Grafik 2. Antara 1/T vs ls untun NaOH 0,5 M
Berdasarkan grafik 6, diketahui slopenya sebesar + 4518,1012 Kj. Dari yang telah diketahui maka diperoleh panas pelarutan asam oksalat pada NaOH 0,5 M sebesar +4424,416 Kj.
Setelah menghitung panas pelarutan asam oksalat dengan menggunakan dua cara, diperoleh hasil yang hamper sama atau mendekati. Tetapi kedua cara tersebut sama-sama menghasilkan panas pelarutan yang bernilai positif. Hal ini menunjukkan bahwa reaksi tersebut merupakan reaksi yang bersifat endoterm atau menyerap panas dimana terjadi perpindahan panas dari lingkungan ke sistem. Berdasarkan jenis reaksi ini maka semakin tinggi suhu semakin tinggi kelarutan zat padat terhadap larutan.
Kesimpulan
Dari percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa kelarutan suatu zat padat terhadap larutannya berbanding lurus dengan kenaikan suhu. Ketika suhu dinaikkan maka kelarutannya juga akan bertambah. Reaksi pelarutan asam oksalat menghasilkan H = +, sehingga dapat dikatakan bahwa pelarutan asam oksalat merupakan reaksi endoterm. Pernyataan ini ditunjukkan pada perhitungan baik perhitungan dengan persamaan Van’t Hoff maupun dengan grafik.
Daftar Pustaka
Ismarwanto, Hoedjiono. 1990. Diktat Kuliah Kimia Analisa Bag. 1. Surabaya: FTI ITS
Silbey, Robert J. 1996. Physical Chemistry 2nd edition. USA: John Wiley and sons inc.
Sukardjo, Pr. 1997. Kimia Fisika. Yogyakarta: Rineka Cipta
Wahyuni, Sri, 2013, Diktat Petunjuk Praktikum Kimia Fisik. Semarang : Jurusan Kimia FMIPA UNNES.
Yazid, Estien. 2005. Kimia Fisika Untuk Paramedis. Yogyakarta: Penerbit Andi